Breaking News

Rabu, 21 Maret 2012

Handphone Menjadi Media Belajar, Mengapa Tidak ?



Apa yang terbayang dalam benak kita, ketika melihat siswa bermain handphone ? ah, masih kecil sudah pegang handphone. wuih, jangan-jangan lagi nonton 3gp nih. huh, lebay. dll. Tidak heran, jika ada salah satu bupati yang melarang siswa menggunakan handphone di sekolah..Efektifkah larangan itu ? tidak. Nyatanya penggunaaan handphone pada siswa tidak pernah surut.
Menurut survey pada murid disekolah kami, 99 % murid memiliki handphone pribadi. dan 1 % tetap memiliki handphone keluarga. Sementara, 70 % diantaranya dibawa ke sekolah dan 20 % tetap diaktifkan selama sekolah.

Lalu, bagaimana dengan penyalahgunaan handphone oleh siswa ? Sebenarnya, semua alat bantu manusia, rentan pada penyalahggunaan. Pisau, merupakan alat yang berguna untuk memasak, tapi juga dapat digunakan untuk membunuh. Garpu, juga bisa untuk makan, tapi bisa untuk menusuk. Lalu, apakah kita akan berhenti menggunakan pisau dan garpu? atau melarang anak kita bermain pisau dan garpu hanya karena takut terluka? Tentu kita memilih untuk mengajarkan pada anak kita, bagaimana menggunakan pisau dan garpu yang benar, bukan? Karena setiap alat tidaklah berbahaya. Kita tidak perlu melarang anak/siswa pada suatu alat, tetapi yang lebih penting kita harus mengajarkan kepada mereka, kemampuan untuk memanfaatkan sesuatu untuk hal yang postif dan benar.

Maka seperti itulah handphone. Pemanfaatannya oleh siswa adalah suatu realita. Sekarang, kita, para pendidik, perlu mengarahkan bagaimana memanfaatkan handphone dengan sebaik-baiknya bukan sekedar sms, atau memutar musik, atau berfoto narsis, Apalagi merekam perbuatan tidak senonoh. Lalu, bagaimana kita sebagai guru mengajarkan pemanfaatan handphone kepada siswa? ini adalah hasil penelitian tindakan kelas, kami dan rekan-rekan tentang pemanfaatan handphone pada pembelajaran.


SMS Gateway

Suatu hari, kami harus berputar keras...bagaimana mengajar komputer TANPA komputer? Apakah sekolah kami tidak memiliki komputer ? Alhamdulillah, kami memiliki 10 komputer yang bisa digunakan untuk 33 siswa. Lumayan, walaupun dalam ruang berukuran 5 x 3 m tanpa AC. Sempit dan Panas. Tapi tetap Alhamdulillah. Namun  yang jadi masalah bukan komputer di sekolah. Tetapi kami mengajar siswa yang menganggap komputer adalah barang mewah. Mereka memposisikan komputer setara dengan sekolah. Mahal. Bukan karena harganya, tetapi mereka belum sadar apa fungsi dari komputer itu sendiri. Bagi siswa dan keluarganya hidup yang itu yang penting makan, kedua pakaian, lalu tempat tinggal, keempat motor, kelima handphone, keenam jalan-jalan, ketujuh sampai ketiga puluh tiga kebutuhan lain, dan yang ketiga puluh empat barulah komputer.

Bagi mereka, komputer adalah alat di sekolah dan kantor, bukan dirumah. Hasilnya 99 % siswa kami tidak memiliki komputer dirumah. Ditambah dulu ketika SMP mereka sering tidak dapat giliran mencoba komputer di rumah. Maka tidak heran ada siswa kami yang masih bingung dengan cara memegang mouse. Masih binggung bedanya hardware dan CPU. Bahkan mengira bahkan Brainware adalah CPU. Padahal mereka sudah setingkat SMK. Hal tersebut menjadi tantangan kami, guru KKPI. Setelah berputar otak, tiba-tiba terinsipirasi, dengan motivasi dari AA Gym dulu, tentang bagaimana cara kita menghafal.
Dulu Aa Gym pernah mengajarkan dalam tausiyahnya. Beliau berkata, "Jangan menghafal. Cukup dengarkan."
Lalu beliau menyebutkan nama benda dengan cepat. apel, kuda, hijau, rumput, rumah, hijau, mobil, kolam, hijau, rambut, hijau, kulit, hijau, tivi, hijau. setelah itu apa yang kita ingat. tentu kata hijau.
Karenanya saya sempat terpikir, bahwa siswa kami tidak bisa dan tidak termotivasi belajar komputer karena mereka tidak membiasakan diri dengan istilah komputer (karena mereka tidak punya komputer). Karena itu solusinya adalah mereka butuh gempuran informasi soal komputer, agar mereka telah tertanam tentang komputer dibenakknya. Lalu darimanakah sumber informasi itu? Buku? Sangat jarang dan mahal. Untuk membeli buku mereka harus menempuh jarak 20 km dari rumah. Sehingga, jika komputer ada kebutuhan nomor tiga puluh empat, maka buku adalah kebutuhan nomor dua sembilan. Televisi? coba tunjukkan, mana sinetron yang menyiarkan acara tentang komputer. Internet ? ooh tidak. Listrik saja baru masuk tahun 2007. Sinyal handphone yang ada baru 1 provider. Itupun hanya 2 bar. Maka kita bukan di tempat hot spot, tapi blank spot. Lalu tercetus ide. Satu-satunya sumber informasi yang bisa menjangkau semua siswa, dan memungkinkan adalah HANDPHONE. Dan siapa sumber informasinya? masalahnnya, tidak ada layanan *xxx# yang memberikan layanan informasi pelajaran. Lalu bagaimana? ya guru harus bertindak. Kami lah sumber informasi itu.
Kemudian kami membangun sebuah sistem SMS Gateway. Tidak dengan program macam-macam. Cukup menggunakan freeware handphone yang kami punya. Kebetulan kami memiliki handphone yang mendukung syncronisasi dengan komputer. Walaupun handphone kami hanya seharga 500 ribuan.
Hari pertama, kami coba dengan mengirimkan SMS serentak pada murid. isinya informasi komputer... "Komputer terdiri dari hardware, software, dan barinware" lalu sore harinya kami kirimkan SMS dengan bunyi "Hardware adalah perangkat keras. dan berfungsi untuk..bla.bla.bla" begitu seterusnya selama seminggu. Kami berkomitmen tidak ada bahasa alay. Siswa harus sering menerima SMS dengan bahasa yang baik dan benar. Bahkan pada minggu-minggu kedua mulai ada perubahan bahasa. Baku tapi komunikatif. Biasanya kami awali dengan "Tahu tidak?...."
Alhamdulillah...ada perubahan positif pada siswa kami. Antara lain, mereka lebih antusias dalam belajar. mereka tidak malu bertanya. Ternyata SMS kami memberikan kesan bahwa kami adalah guru yang ramah, walaupun bahasanya baku. Jadi, bagi mereka siswa di daerah terpencil yang biasa minder, merasa bodoh, dll, SMS kami bisa menjadi bentuk perhatian. Mereka pun mau mulai mengunjungi perpustakaan. Mereka mau membaca, terutama pada istilah yang mereka tidak tahu, tapi malu bertanya. memang tidak drastis. Kemampuan ketrampilan pun tidak melonjak. Tapi setiap perubahan akan sangat berarti. karena perubahan menuju lebih baik, berarti ada harapan.
Kemudian, pada tahun 2011, metode ini Kami PTK-kan dan Kami diajukan ke lomba tingkat provinsi. tujuan utamanya adalah masukkan untuk metode kami. Lalu ada satu pertanyaan dari penguji yang cukup berkesan. "Berapa biayanya? Bagi saya ini hanya e-learning yang memakan biaya." Sedikit telak waktu itu. tapi ini menjadi PR untuk kami. Memang, pembelajaran e-learning seharusnya sudah masuk berbasis internet atau MPI. Tapi jika internet ataupun komputer pribadi tidak ada, maka dua sistem tersebut mubah. Bahkan jauh lebih mahal. Lagipula, faktanya, metode SMS Gateway hanya memakan biaya 5000 per tiga hari. Mengapa? Kami hanya memanfaatkan betul panen gratis SMS promo dari provider. Mungkin mereka mengira 100 atau 10000 sms gratis tidak akan dihabiskan oleh pelanggan. Tapi bagi kami, semua promosi itu bisa bermanfaat betul. Maka cecaran pertanyaan pedas membangun tersebut, kami jadikan motivasi untuk membenahi diri dan terpenting kami mendapat perhargaan dan uang lebih untuk pulang./div>

VIDEO RECORDER


Dalam lomba PTK di Semarang tahun 2011, juara I diperoleh oleh bapak Sutanto dari SMK 2 Karanganyar. dan tidak disangka dan tidak dinyana, memiliki tema hampir serupa dengan kami, yaitu pemanfaatan handphone untuk pembelajaran. Visi kita pun sama. Bahwa kita perlu menggajarkan memanfaatkan handphone pada siswa. Namun kami dan pak Tanto menggunakan fitur yang berbeda. beliau menggunakan video recorder. Recording yang biasanya menjadi biang kesalahan siswa, karena untuk merekam macam-macam, beliau manfaatkan untuk merekam contoh materi pelajaran. Ketika guru mencontohkan suatu ketrampilan, pak Tanto menyuruh siswanya merekam. kemudian pak Tanto memeriksa hasil rekamannya. Apakah sudah betul belum. Dan ternyata cara tersebut sangat efektif untuk menurunkan tingkat kesalahan siswa dalam praktek. Karena dirumah, atau dimana saja, mereka bisa mempelajari lagi hasil rekaman itu. Praktek pun semakin efektif. Hal tersebut juga berdampak pada siswa yang semakin percaya diri dan memotivasi siswa belajar.suatu alternatif, yang bisa diterapkan  pada mata pelajaran lain.
Namun ketika saya terapkan pada siswa saya, mereka berkata "Kan setiap guru beda bu?" ya, ada guru yang justru keberatan jika siswanya diajar sambil merekam. Karenanya baru bisa kami aplikasikan pada pelajaran kami khususnya praktek.
Mungkin, masih banyak media lain yang bisa digunakan. Kembali lagi, metode ini kami terapkan justru untuk menutupi kekurangan, terutama fasilitas dan sarana. Seandainya siswa kami familiar dengan komputer, memiliki komputer sendiri, jaringan internet yang lebih luas, maka tentu kami akan menerapkan e-learning dan MPI disana. Tetapi jika semua itu tidak ada, kami percaya, bahwa kami akan tetap bisa belajar, dengan apapun yang ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed Template By Blogger Templates - Powered by Sagusablog